Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Menilik Tradisi Karapan Sapi Madura

Apa yang terlintas di benak kita saat menyebut Madura? Pasti banyak yang terlintas seperti sate madura, jembatan Suramadu, dan karapan sapi. Yap, karapan sapi inilah yang membuat saya penasaran ingin menyambanginya. Walaupun beberapa teman sebelumnya sempat memberi warning agar hati-hati sama orang Madura yang terkenal keras, lugas, dan padanan kata lainnya, tapi kok saya tidak menemukannya ya? Sebaliknya malah bertemu orang-orang yang ramah saat di jalan, di kapal ferri, masjid agung Bangkalan, bahkan di angkutan umum daerah tersebut.

Ada 2 jalur untuk memasuki pulau garam ini, yaitu melewati jembatan Suramadu dan satunya menggunakan kapal ferri. Saya bersama soulmate perjalanan saya mas Fathir dan teman baru saya Nadia memutuskan menggunakan ferri karena memang bus ekonomi menggunakan jasa ferri, tidak melewati Suramadu. Perjalanan tidak lebih dari 2 jam untuk sampai ke terminal Bangkalan, lebih banyak waktu terbuang di pelabuhan saat menanti giliran penyeberangan. Dan kami tak tahu ke mana harus pergi setelah sampai di terminal karena memang ini pertama kalinya untuk kami bertiga menginjakkan kaki di pulau ini hehe Akhirnya setelah bertanya dengan petugas di terminal kami pun bergegas menuju lapangan Skep yang jaraknya sekitar setengah jam perjalanan menggunakan angkot.


Perlu diketahui, angkot di daerah Bangkalan ini tidak seperti angkot yang seperti umumnya memiliki rute tertentu, angkot di sini seperti angkot kecil pada umumnya tetapi cenderung berperan seperti taksi tanpa argo yang bisa mengantar kita ke mana tujuan kita dan bisa mengangkut penumpang di tengah jalan jika 1 jalur dengan tujuan penumpang lainnya.
Sampai di lapangan Skep kami mendapat kabar baik dan buruk. Kabar baiknya ternyata karapan sapi di Bangkalan ini merupakan Karapan Sapi Piala Presiden yang pada awalnya akan diselenggarakan di Pamekasan dan kabar buruknya ternyata bukan dilaksanakan pada hari Sabtu, tapi besoknya pada hari Minggu (NB: saat itu hari sabtu 20 Oktober 2012). Alhasil tempat perlombaan hanya diisi para tukang yang sedang melengkapi fasilitas tempat itu.

Mau bagaimana lagi, akhirnya kami meminta sopir memutar balik dan menuju masjid Agung Bangkalan. Setelah beristirahat dan sholat Dhuha kami memutuskan untuk berjalan-jalan di Surabaya dan mulai menghubungi beberapa list hotel di Surabaya. Karena weekend jadi kebanyakan hotel penuh, hanya menyisakan Sparkling Backpacker Hotel dan Penginapan Remaja 1.


Selesai istirahat, kamipun bergegas mencari angkot menuju tempat di mana kami bisa mencari bus yang melewati jembatan Suramadu. Hanya berupa pertigaan jalan kabupaten. Lanjut kami bertanya dengan polisi yang berada di pos, dan kami pun dibantu carikan bus yang lewat dan ternyata kami hanya ditarik harga jauh dibawah standar :D


Sampai Surabaya kami turun di daerah Medaeng dan menaiki angkot untuk menuju KBS (Kebun Binatang Surabaya). Kami turun di terminal Joyoboyo yang berada di samping KBS, dan hanya sekitar 10 menit menuju loket masuk KBS. Yap. Ini ni kebun binatang yang belakangan banyak dibicarakan. Bukan karena reputasi baiknya, tapi karena banyaknya satwa yang meninggal dan bagaimana fasilitas kebun binatang yang sangat tidak memadai untuk sekelas kebun binatang yang pernah jadi terluas dan terbanyak jenis satwanya ini.

salah satu sangkar burung yang padat populasi namun area sangkar yang sangat kecil

Lelah mengelilingi KBS kami lantas menuju Penginapan Remaja 1 yang berada di depan KBS, tetapi sayang hanya sisa 1 kamar. Akhirnya kami harus jalan kaki lebih dari 2 km untuk mencari penginapan lainnya, tapi tetap saja penginapan sekitar penuh. Kami menelpon Sparkling Backpacker Hotel dan ternyata masih ada 2 kamar kosong, karena lelah berjalan akhirnya nyewa becak juga buat bertiga hehe


Sampai penginapan kami langsung beristirahat, mandi dan langsung menuju Monumen Kapal Selam yang terletak di dekat penginapan. Oh iya, perlu diketahui sebelumnya, kami mem-budget perjalanan ini 300 ribu, dan sialnya uang kita hanya cukup untuk perjalanan tanpa ada uang makan dan sialnya lagi hanya saya yang membawa atm, alhasil saya yang kena deh suruh narik uang di atm -,- Selesai bermain-main kami lantas makan di samping Surabaya Plaza dan langsung kembali ke penginapan bersiap menjemput mimpi :)

Surabaya di malam hari

Minggu, 21 Oktober 2012. Hari kedua perjalanan. Kami sudah siap sejak pukul 7 pagi. Setelah selesai sarapan kami lantas check out dan tak lupa menanyakan rute yang dilalui bus Damri yang ternyata kita masih harus jalan kaki sekitar 1 km. Tapi ternyata Surabaya tak sepanas dan semacet seperti hari kerja biasanya, bahkan di hari libur seperti ini Surabaya menjadi kota yang sangat friendly untuk para pengguna sepeda dan pejalan kaki. Kota ini serasa sejuk karena sedikit kendaraan bermotor yang berlalu lalang, dan kami mendapat jackpot. Yap. Jackpot karena kami mendapati karnaval anak-anak kecil yang menyenangkan.

Surabaya saat weekend di pagi hari

Selesai menikmati karnaval kami terus bertolak menuju pelabuhan. Sempat ngobrol dengan orang asli Madura di atas ferri tentang karapan sapi, dan memang karapan sapi merupakan salah satu hal yang precious bagi masyarakat Madura. Bahkan pasangan sapi yang pernah menjuarai piala presiden sebelumnya pernah dibeli seharga Rp 500 juta. Sesampainya di lapangan Skep ternyata tiket masuknya gratis, mungkin karena karapan ini lebih cenderung seperti hiburan rakyat. Suasana di arena pacu sangat ramai apalagi saat sapi sedang berpacu. Kita sampai harus berteriak untuk hanya sebatas mengobrol ringan.

 

Dan ada 1 hal yang konyol yang dilakukan mas Fathir :D Para penonton hanya diperbolehkan di luar arena pacu, tapi karena dia pengin dapat foto yang bagus dan emang dasarnya tuh orang banyak akalnya, menyamarlah dia sebagai wartawan majalah traveler asal Solo. Dengan santai dia masuk ke arena pacu dan parahnya juga panitia percaya aja bahkan malah ngasih spot yang bagus buat dia mendapat foto. Ini nih hasil fotonya di dalam arena pacu.
 
 
Kebanyakan pamacu kuda adalah anak kecil supaya beban yang dibawa oleh kuda pacu tidak terlalu berat
Penampakan wartawan gadungan
Oke, puas kami menikmati budaya Madura ini, lanjut hunting oleh-oleh. Dan pilihan kami jatuh di pasar Bangkalan. Setelah tawar-menawar dan mendapat barang yang kami inginkan, langsung saja kami mencari bus untuk kembali ke Surabaya dan disambung bus ke Solo.

Perjalanan kali ini sangat menyenangkan. Menikmati salah satu kebudayaan nusantara dan merasakan sparkling-nya kota Surabaya. Semoga saja kebudayaan seperti ini tetap terjaga kelangsungannya dan dapat dinikmati oleh generasi kita selanjutnya :)

1 komentar:

  1. salam kenal,

    seru neh mas perjalanannya,
    untuk paket perjalanan ke sumatera barat silahkan kunjungi balik ya,
    siapa tau soulmate perjalanan dan teman barunya pengen nonton balapan sapi ala minangkabau juga,,
    hehe

    terimakasih

    BalasHapus